Menikmati Keindahan Desa Adat Penglipuran Bali yang Memuliakan Perempuan

Yuk kita menikmati keindahan desa adat Penglipuran Bali yang memuliakan perempuan dari artikel ini…

Desa Adat Penglipuran, yang terletak di Kecamatan Bangli, Bali, mungkin tidak memiliki pantai seperti Kuta yang indah. Namun, keunikan budaya dan panorama di Desa Adat Penglipuran menjadikannya daya tarik tersendiri.

Saat Anda memasuki desa ini, Anda akan melihat rumah-rumah dengan arsitektur hampir identik. Salah satu ciri khasnya adalah gerbang yang serupa dengan atap bambu.

Kepala Desa Adat Penglipuran, I Wayan Supat, menjelaskan bahwa keseragaman ini bertujuan untuk memupuk rasa persatuan. Selain itu, mereka berusaha untuk tetap bersahabat dengan alam dan menjaga keharmonisan dengan lingkungan.

Keramahan terhadap lingkungan ini bahkan membuat desa ini meraih penghargaan Kalpataru. Namun, I Wayan Supat mengakui bahwa beberapa warga mulai menggantikan sebagian bangunan dengan batu bata daripada bambu.

“Kami berusaha menjaga warisan leluhur kami, tetapi kami juga tak bisa menghentikan modernisasi. Akhirnya, kami memberikan izin kepada warga untuk menggunakan bahan bangunan lain selain bambu. Meskipun begitu, inti dari bangunan dan bentuknya tetap tidak berubah,” jelas Supat.

Menghormati Perempuan

Budayawan Katut Sumarta menjelaskan bahwa salah satu ciri khas keturunan Bali Aga adalah penghormatan yang tinggi terhadap perempuan, selain juga menjunjung tinggi harmoni antara alam, manusia, dan Tuhan. Penghormatan terhadap perempuan ini tercermin dalam awig-awig.

“Mereka sangat memegang teguh nilai-nilai ini hingga saat ini. Tidak ada catatan pelanggaran terhadap awig-awig ini, bahkan hampir tidak ada yang melanggarnya,” kata Sumarta.

Dalam awig-awig, laki-laki hanya diizinkan menikah dengan satu perempuan dan poligami tidak diperbolehkan. Jika ada laki-laki yang melanggar aturan ini, ia akan dikenakan hukuman.

Hukuman tersebut berupa pengucilan. Laki-laki tersebut tidak boleh tinggal bersama istri pertamanya lagi. Bahkan lebih parahnya, ia juga tidak diperbolehkan memasuki pura atau tempat ibadah.

“Intinya, dia diasingkan baik secara fisik maupun sosial,” jelasnya.

Desa Wisata

Karena keindahan panorama dan budayanya, Pemerintah Provinsi Bali menjadikan Desa Adat Penglipuran sebagai salah satu objek wisata unggulan di Pulau Dewata sejak tahun 1995. Ini membuat desa ini semakin menarik bagi wisatawan.

Salah satu yang dipromosikan adalah kesadaran warga terhadap lingkungan dan upaya untuk mencukupi kebutuhan air sendiri. Desa Adat Penglipuran juga berusaha mempertahankan zonasi hunian yang mencerminkan pembagian tubuh manusia.

Zonasi ini terdiri dari tiga bagian: zona parahyangan (kepala), zona pawongan (badan), dan zona palemahan (kaki). Zona parahyangan merupakan wilayah yang dianggap suci dan memiliki ketinggian 700 meter.

Wilayah pawongan dihuni oleh 226 kepala keluarga, yang sebagian besar mencari nafkah sebagai petani, peternak, dan pengrajin bambu. Mereka mewarisi nilai-nilai keberlanjutan dari nenek moyang mereka, yang mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan.

Gimana, sudah bisa menikmati keindahan desa adat Penglipuran Bali yang memuliakan perempuan? Jika belum, cusss langsung otw bali gesss hahaha

Semoga bermanfaat ya, sampai jumpa di artikel Liburan Banten lainnya…

Sumber gambar: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Leave a Reply