Pencak Silat Bandrong: Seni Bertarung Warisan dari Banten

Pernah dengar pencak silat bandrong? Baru dengar? Yuk simak artikelnya…

Cerita ini dimulai dengan seekor ikan terbang yang melompat lincah untuk mengejar mangsanya dengan cepat.

Seorang pendekar yang sedang memperhatikan aksi luar biasa hewan laut ini menjadi sangat terinspirasi. Terpesona oleh ikan itu, pendekar ini kemudian memberi nama pada ilmu bela dirinya: Pencak Silat Bandrong.

Pencak Silat Bandrong mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi bagi masyarakat Banten, ini adalah bagian dari warisan berabad-abad mereka. Bukti kelestariannya terlihat dari padepokan-pedepokan yang masih berdiri kokoh.

Seni Bela Diri Asli dari Banten

Banten juga terkenal dengan seni bela diri debus. Debus adalah seni bela diri yang populer di kalangan masyarakat Banten karena mengedepankan kekebalan terhadap senjata tajam dan pukulan benda keras.

Awalnya, seni debus dikembangkan sebagai alat dakwah Islam dan kemudian menjadi simbol perlawanan masyarakat Banten terhadap penjajah kolonial. Sampai sekarang, debus masih menjadi bagian penting dari identitas Banten dan terus dipertunjukkan sebagai seni tradisional.

Yang menarik, seni debus ini juga erat kaitannya dengan Pencak Silat. Debus sebenarnya merupakan hasil pengembangan dari Pencak Silat, sehingga pemain debus harus menguasai ilmu Pencak Silat, meskipun seorang pesilat belum tentu bisa mempraktikkan debus.

Tidak mengherankan bahwa seni debus berkembang pesat di Banten. Di wilayah ini, banyak padepokan Pencak Silat yang tersebar, dengan tiga aliran yang paling banyak diikuti, yaitu Cimande, Terumbu, dan Bandrong.

Meskipun Cimande aslinya dikembangkan oleh masyarakat Sunda, masyarakat Banten berhasil mengadopsi dan melestarikannya. Sedangkan dua aliran lainnya merupakan hasil pengembangan tokoh-tokoh asli Banten pada masa lalu. Meskipun perincian sejarahnya masih samar, keduanya diyakini lahir hampir bersamaan dan berasal dari wilayah pesisir Banten.

Ketiga aliran ini memiliki karakteristik unik. Cimande fokus pada pertarungan jarak dekat, Terumbu dikenal dengan kuda-kuda rendahnya yang berbeda dari aliran silat lainnya, sementara Bandrong mengutamakan kecepatan, fleksibilitas gerakan tangan dan kaki, serta teknik serangan bawah.

Sejarah Pencak Silat Bandrong yang Masih Simpang Siur

Namun, sejarah Pencak Silat Bandrong masih menjadi teka-teki. Hingga saat ini, ada dua versi mengenai asal-usulnya yang masih menjadi perdebatan.

Versi pertama mengatakan bahwa Pencak Silat Bandrong pertama kali muncul pada tahun 1525, menjelang berdirinya Kesultanan Banten.

Menurut cerita ini, seorang pendekar yang juga seorang kyai yang dikenal sebagai Ki Beji adalah pencetusnya. Ki Beji memiliki beberapa nama lain seperti Ki Agus Jo, Syeikh Abdul Fatah, dan Syeikh Abdul Kahfi.

Versi ini menceritakan bahwa Ki Beji mulai mengembangkan seni bela diri ini di wilayah Gunung Santri, yang juga merupakan tempat tinggalnya.

Saat ini, Gunung Santri adalah bagian dari Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Di sana, terdapat makam terakhir Syekh Muhammad Soleh, seorang pendakwah Islam yang juga murid Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, ayah Sultan Banten pertama.

Ki Beji kemudian mengajarkan ilmu silatnya kepada beberapa murid, termasuk Ki Sarap dan Ki Ragil, dua sosok yang terkenal karena menyebarkan aliran pencak silat ini hingga akhir hayat mereka di daerah Pulo Kali, yang makam mereka masih dihormati oleh para pesilat Bandrong hingga hari ini.

Versi kedua mengklaim bahwa Pencak Silat ini adalah hasil perubahan aliran Terumbu oleh Ki Pecut. Menurut versi ini, Ki Beji dikenal sebagai pencipta aliran silat Terumbu, dan Pencak Silat Bandrong muncul hampir bersamaan dengan Terumbu.

Ki Beji adalah orang kepercayaan Maulana Hasanudin, Sultan Banten pertama. Ia memercayakan pelatihan bela diri prajuritnya di berbagai wilayah kepada Ki Beji yang beraliran Terumbu, termasuk wilayah Bojanegara, Puloampel, Ciwandan, Pulo Merak, dan sebagian Karangantu.

Namun, khusus wilayah Bojanegara, Pulo Ampel, dan Ciwandan, kepemimpinan padepokan diambil alih oleh Ki Pecut. Ki Pecut kemudian mengembangkan aliran silat Terumbu menjadi Pencak Silat Bandrong.

Seiring berjalannya waktu, Pencak Silat Bandrong semakin kaya dengan gerakan-gerakan yang unik. Berbagai aliran bela diri lainnya juga memberikan kontribusi dan memperkaya khasanah gerakan-gerakannya.

Salah satu momen bersejarah adalah pertarungan antara jagoan kwitang Betawi, Bang Imi, dan Ki Marip, pendekar Bandrong Pulo Kali. Pertarungan ini, meskipun dimulai sebagai upaya untuk mengalahkan satu sama lain, akhirnya memperkaya Pencak Silat Bandrong dengan elemen-elemen baru.

Selain Bang Imi, beberapa aliran bela diri lain, seperti silat Cimande, Beksi, Merpati Putih, dan bahkan Kung Fu, juga memberikan pengaruh dan warna-warna baru yang memperkaya khasanah gerakannya.

Semoga artikel ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pembaca sekalian. Sampai jumpa di artikel Liburan Banten lainnya…

Sumber gambar: Pinterest

Leave a Reply